Senin, 17 Maret 2014

Model Pembelajaran Kooperatif



KATA PENGANTAR

          Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan salah satu tugas makalah yaitu Model Pembelajaran Kooperatif” dalam Model Pembelajaran PKn SD. Makalah ini membahas tentang beberapa metode pembelajaran dalam PKn SD yang bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif dalam penerapan PKn SD.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Model Pembelajaran PKn SD.. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.







Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A.    Latar Belakang 4
B.     Rumusan Masalah 5
C.     Tujuan Masalah 5
D.    Manfaat 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
A.    Hakikat model pembelajaran kooperatif 6
B.     Karakteristik model pembelajaran kooperatif 7
C.     Tujuan dan Manfaat model pembelajaran kooperatif 12
D.    Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif 14
E.     Implementasi pada pembelajaran PKn SD 16
BAB III 17
PENUTUP 17
A.    Kesimpulan 17
B.     Saran 18
C.     RPP 19
DAFTAR PUSTAKA 24

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang 
Pengajaran yang dilaksanakan di sekolah dasar pada saat ini adalah system klasikal. Pengajaran dilaksanakan berdasarkan perkiraan kecepatan rata-rata siswa. Dengan demikian, akan ada siswa yang merasa bahwa pengajaran yang dilakukan oleh guru selalu cepat, yaitu siswa yang lambat dalam belajar sebaliknya, ada pula siswa lain yaitu siswa yang cepat dalam menerima pelajaran yang merasa bahwa pengajaran yang dilakukan oleh guru terlalu lambat. Siswa yang lambat dalam belajar akan bingung, sedangkan siswa yang cepat dalam belajar akan merasa bosan. Kedua kelompok siswa tersebut, yaitu siswa yang cepat dalam belajar matematika dan siswa yang lambat, perlu mendapat perhatian. Siswa yang cepat dalam belajar yang memerlukan kegiatan yang lebih dari kegiatan siswa umum; sebaliknya siswa yang lambat dalam belajar memerlukan bantuan untuk menuntaskan hasil belajarnya.
Cooperative learning merupakan alternative pelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Dengan Coopertive learning siswa yang pandai diberi kesempatan untuk menghabiskan waktunya dengan cara membantu siswa yang kurang pandai. Sebaiknya, siswa yang kurang pandai akan bertambah pemahamannya karena mendapat bimbingan dari temannya yang lebih pandai. Cooperative learning memunculkan kerja sama antar siswa dari semua tingkatan untuk bekrjasama dalam rangka mencapai tujuan ; saling membantu untuk belajar dan mencapai tujuan, siswa bukan mengerjakan sesuatu sebagai suatu tim, melainkan belajar sesuatu sebagai suatu tim. Oleh karena itu, kerja kelompok tidak di lakukan seluruh anggota kelompok memahami dengan tuntas materi pelajaran yang akan di pelajari.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hakikat model pembelajaran kooperatif ?
2.      Bagaimana karakteristik model pembelajaran kooperatif ?
3.      Apa saja tujuan dan manfaat model pembelajaran kooperatif ?
4.      Bagaimana tahapan model pembelajaran kooperatif ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui hakikat model pembelajaran kooperatif.
2.      Mengetahui  karakteristik model pembelajaran kooperatif ?
3.      Mengetahui tujuan dan manfaat model pembelajaran kooperatif.
4.      Mengetahui tahapan model pembelajaran kooperatif.

D.    Manfaat
Melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.  Mengembangkan aktualitas berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa. Mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif  adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan pembelajaran kooperatif artinya belajar bersama-sama, saling membantu satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Ong Eng Tek, 1996:2).
Pembelajaran kooperatif  menyangkut teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari empat atau lima orang (Kiswoyo B, 1994).
Pendekatan pembelajaran kooperatif  adalah suatu strategis belajar-mengajar  yang menekankan pada  sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah. Dalam  pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu system kerjasama dalam mencapai hasil yang  optima dalam belajar. Belajar kooperatif  ini juga memandang bahwa kenerhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu yaitu teman sebaya.Jadi, keberhasilan belajar dalam pendkatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik
Di dalam pembelajaran kooperatif  harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi yang efektif di antara anggota kelompok. Di samping itu, pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya presepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dalam memberikan sumbangan pemikiran satu sama lain selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok (Depdikbud, 1997).

B.     Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ong Eng Tek (1996:10). Ada lima unsur dasar yang menjadi ciri pembelajaran kooperatif, yakni:
1.      Saling ketergantungan yang positif.
Ketergantungan yang positif, adalah perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Setiap anggota dalam satu kelompok akan memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda, namun perbedaan tersebut akan menimbulkan kerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan. Meskipun ada beberapa anggota yang kurang mampu, beberapa anggota lagi yang mampu akan saling membantu. Komponen ini memiliki pandangan bahwa seorang dalam satu kelompok berkaitan dengan yang lainnya dalam satu cara, seseorang tidak akan berhasil jika anggota kelompok yang lain juga tidak berhasil. Komponen ini mengandung makna bahwa keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan bersama begitu juga kegagalan seseorang adalah kegagalan bersama.


2.      Akuntabilitas individu
Pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan akademik bertujuan agar setiap anggota kelompok lebih berhasil dalam belajar dibandingkan dengan  belajar  sendiri. Pada unsur ini seorang guru mempunyai peranan penting dalam menyusun tugasnya dalam membentuk setiap kelompok karena setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya. Sehingga bagi siswa yang kelihatan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik akan jelas diketahui. Dua tingkatan pada pertanggungjawaban harus disusun pada pembelajaran cooperative learning , yaitu (1) kelompok harus bertanggung jawab untuk mencapai tujuannya dan (2) masing-masing angota harus bertanggung jawab untuk memberikan kontribusinya terhadap pendapatnya.

3.      Interaksi Tatap Muka
Ketergantungan yang positif dalam pembelajaran kooperatif akan memotivasi para siswa untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan temannya. Kemampuan untuk saling mempengaruhi dalam membuat alasan dan kesimpulan antar siswa dengan siswa lainnya atau social modeling, dan dukungan sosial dari guru dapat diciptakan melalui pembentukan struktur kelompok dalam bentuk tatap muka. Sesuai dengan namanya yaitu cooperative learning , maka setiap siswa harus saling bertemu muka dan berdiskusi untuk saling berinteraksi sesama anggota. Bagaimanapun hasil pemikiran beberapa anggota, meskipun ada yang kurang mampu, akan lebih bermanfaat dari pada hasil pemikiran perseorangan atau individu. Unsur ini bertujuan untuk saling memberikan kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya yang mungkin berbeda-beda dan saling mengisi kekosongan sesama anggota. Pada komponen ini, siswa perlu melakukan pekerjaan yang nyata bersama-sama untuk mencapai keberhasilan bersama dengan saling membantu, mendukung, mendorong, dan menghargai masing-masing usaha anggotanya.

4.      Keterampilan sosial
Penguasaan dalam pembelajaran kooperatif  perlu dimiliki oleh para siswa terutama pada waktu menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Juga dalam pembelajaran kooperatif  para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan interaksi, seperti : mengajukan pendapat, mendengarkan opini teman, menampilkan kepemimpinan, kompromi, negosisasi, dan klarifikasi secara teratur untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.       Komponen ini mencakup kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, dan komunikasi bagi pelajar untuk bekerjasama secara produktif. Keterampilan berkomunikasi sangat diperlukan pada komponen ini karena tanpa komunikasi kerja kelompok kurang bisa berjalan dengan lancar di sini guru memiliki peranan penting untuk mengajarkan cara-cara berkomunikasi atau mengutarakan pendapatnya seperti bagaimana menyampaikan pendapatnya, bagaimana menaggapi pendapat teman kelompoknya dan bagaimana menyanggah pendapat anggota kelompoknya supaya tidak merasa tersinggung. Karena tidak semua siswa memiliki kemampuan berkomunikasi. Cooperative learning merupakan pembelajaran yang lebih kompleks dari pada pembelajaran kompetitif atau individualistik karena siswa harus bekerjasama secara terus menerus dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran (mempelajari mata pelajaran akademis) dan kerja kelompok (mefungsikan secara efektif sebagai anggota kelompok).



5.      Proses kelompok
Proses kelopmpok dalam pembelajaran kooperatif  akan terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Dalam proses kelompok, para siswa perlu mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektifitas kerja sama yang telah dilakukan. Komponen ini menyarankan untuk saling mengevaluasi hasil kerja kelompok setelah selesai berdiskusi supaya selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih baik dan lebih efektif. Evaluasi ini bisa dilakukan setelah beberapa kali siswa terlibat dalam proses pembelajaran dengan model cooperative learning .  Pembentukan kelompok terjadi bila angota kelompok berdiskusi sejauh mana keberhsilan mereka dalam mencapai sasaran dan mengatur hubungan kerja yang efektif. Setiap kelompok perlu mendiskripsikan apa tindakan anggota yang membantu dan tidak membantu serta membuat keputusan tentang sikap apa yang perlu ditingkatkan atau diubah. Peningkatan yang terus menerus pada hasil pembelajaran dari bagaimana para anggota bekerja sama dan menentukan bagaimana keefektifan kelompok bisa ditingkatkan.


Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran kooperatif
Menurut Fogarty (1991) ada kelebihan  pada pembelajaran kooperatif yaitu ;
1.      Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
a.       Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
b.       Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c.       Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d.      Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e.       Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.

2.      Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok 
a.        Bisa menjadi tempat mengobrol atau gossip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi  tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b.      Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit  mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c.        Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman (kuliahpgsd, 2012).

C.    Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
 Menurut Rusdi (1998) Pengembangan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.       Pencapaian Hasil Belajar
Ada beberapa dugaan tantang faktor yang menyebabkan lebih tingginya prestasi akdemik dalam metode pembelajaran kooperatif jika dibandingkan dengan metode lainnya. Dari perspektif perkembangan metode pembelajaran kooperatif, pengaruh pembelajaran kooperatif pada prestasi siswa sebagian besar disebabkan oleh penggunaan tugas terstruktur. Dalam pandangan ini kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi, berdebat, mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain merupakan unsur penting dari pembelajaran kooperatif yang menyebabkan meningkatnya prestasi akademik. Dalam kegiatan tersebut siswa lebih banyak dirangsang dengan membaca, mendengar, dan berdiskusi. Informasi yang diulang-ulang dengan bantuan teman dengan bahasa yang mudah dipahami dapat menyebabkan siswa banyak terlibat dalam penerimaan informasi.
2.       Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Metode pembelajaran Cooperative Learning memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dalam kondisi untuk saling bekerja, saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif dan belajar untuk menghargai satu sama lain.
Maka, untuk dapat merealisasikan hal tersebut dalam metode Cooperative Learning dibentuk kelompok kooperatif yang heterogen, yang berfungsi untuk penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.

3.       Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat, karena sebagai manusia kita membutuhkan orang lain dan perlu bekerja sama dengan orang lain.
Beberapa manfaat model pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar antara lain :
a.       Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
b.      Dapat mengembangkan aktualitas berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
c.       Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat
d.      Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.

D.    Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Karli (2004) sebelum menerapkan proses pembelajaran menggunakan model cooperative learning , seorang guru tentunya harus memahami langkah-langkah apa saja yang harus dilaksanakan supaya proses pembelajaran tersebut bisa berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itulah maka adanya perencanaan sebelum pelaksanaan. Perencanaan tersebut yang di dalamnya terdapat rumusan langkah-langkah secara operasional dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model cooperative learning. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1.       Langkah pertama, merancang rencana program pembelajaran.
Pada langkah ini guru merencanakan apa-apa saja yang harus dikerjakan oleh seorang guru supaya kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan. Perencanaan tersebut berupa (1) penetapan sikap dan keterampilan sosial yang harus dikembangkan oleh siswa, (2) pengorganisasian materi dan tugas-tugas siswa dalam kelompok kecil, dan (3) penjelasan tentang tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang harus dimiliki oleh setiap siswa.
2.       Langkah kedua, merancang lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran.
Dalam langkah ini guru lebih banyak berperan sebagai observer, fasilitator, pembimbing, dan juga motivator. Pada saat siswa-siswa sedang melakukan kerja kelompok guru memonitor serta mengobservasi  kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang.
3.       Langkah ketiga
 Pada saat  mengobservasi, guru juga mengarahkan dan membimbing siswa-siswa dalam kelompok baik secara individual maupun kelompok sehingga adanya kolaborasi antara siswa dengan siswa serta antara siswa dengan guru.
4.       Langkah keempat, pemberian kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Pada langkah ini, guru berperan sebagai moderator dengan maksud untuk mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap hasil kerja kelompok yang ditampilkan. Pada saat sesi presentasi berakhir, guru mengajak siswa untuk merefleksikan diri terhadap kelemahan-kelaemahan apa saja yang terjadi selama proses kerja kelompok sehingga bila ada kelemahan-kelemahan bisa diperbaiki untuk langkah berikutnya.

E.     Implementasi pada Pembelajaran PKn SD.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif adalah pengembangan dari langkah-langkahnya, yaitu :
a.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b.      Guru mengkondisikan siswa kedalam 3  kelompok.
c.       Guru menyajikan atau mengingatkan kembali materi yang akan dipelajari, yaitu  materi “Pemerintahan”. Guru memberitahukan tujuan dan manfaat dari materi yang akan dipelajari karena akan membantu siswa untuk mengingatnya.
d.      Selanjutnya guru membagikan LKS dan soal  kepada masing-masing kelompok.
e.       Pada saat siswa-siswa sedang melakukan kerja kelompok guru memonitor serta mengobservasi  kegiatan belajar siswa
f.       Menugaskan tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja tiap kelompok.
g.      Kesimpulan/penutup.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Kooperatif  adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan pembelajaran kooperatif artinya belajar bersama-sama, saling membantu satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Ong Eng Tek, 1996:2). Menurut Ong Eng Tek (1996:10). Ada lima unsur dasar yang menjadi ciri pembelajaran kooperatif, yakni:  (1) Saling ketergantungan yang positif. Ketergantungan yang positif, adalah perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. (2) Akuntabilitas individu. Pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan akademik bertujuan agar setiap anggota kelompok lebih berhasil dalam belajar dibandingkan dengan  belajar  sendiri. (3) Interaksi Tatap Muka. Ketergantungan yang positif dalam pembelajaran kooperatif akan memotivasi para siswa untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan temannya. (4) Keterampilan sosial. Penguasaan dalam pembelajaran kooperatif  perlu dimiliki oleh para siswa terutama pada waktu menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Juga dalam pembelajaran kooperatif  para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan interaksi, seperti : mengajukan pendapat, mendengarkan opini teman, menampilkan kepemimpinan, kompromi, negosisasi, dan klarifikasi secara teratur untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. (5) Proses kelompok. Proses kelopmpok dalam pembelajaran kooperatif  akan terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif.
            Menurut Rusdi (1998) Pengembangan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut yakni : (a) Pencapaian Hasil Belajar (b) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu. (c) Pengembangan Keterampilan Sosial
            Menurut Karli (2004) sebelum menerapkan proses pembelajaran menggunakan model cooperative learning , seorang guru tentunya harus memahami langkah-langkah apa saja yang harus dilaksanakan supaya proses pembelajaran tersebut bisa berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : (a) Langkah pertama, merancang rencana program pembelajaran. (b) Langkah kedua, merancang lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran. (c) Langkah ketiga, Pada saat  mengobservasi, guru juga mengarahkan dan membimbing siswa-siswa dalam kelompok. (d) Langkah keempat, pemberian kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

B.     Saran
Belajar kooperatif  memandang bahwa kenerhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu yaitu teman sebaya. Jadi, keberhasilan belajar dalam model pembelajaran kooperatif ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik dan guru yang berperan baik dalam setiap tipe model pembelajaran kooperatif.

BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEM(RPP)
Sekolah                       : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran          : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester           : 4/I
Pokok Bahasan         : Pemerintahan
Sub Pokok Bahasan  : Pemerintahan provinsi
Alokasi Waktu           : 1 x 45 menit

A.    Standar Kompetensi
·         Mengenal sistem pemerintahan Provinsi
B.     Kompetensi Dasar
·         Mengidentifikasi lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi.
·         Mengidentifikasi tugas lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan provinsi kabupaten, kota dan provinsi
C.    Indikator
·         Menjelaskan lembaga-lembaga dalam pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi.
·         Menjelaskan tugas lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan provinsi.
D.    Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu :
·         Melalui metode diskusi siswa dapat menjelaskan lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah kabupaten, kota dan provinsi dengan tepat.
·         Melalui metode diskusi siswa dapat menjelaskan tugas lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan provinsi dengan tepat.
E.     Karakteristik siswa yang diharapkan:
-          Disiplin ( Discipline )        - Rasa hormat dan perhatian ( Respect )
-          Tekun ( Diligence )           - Tanggung jawab( Responsibility )
-          Ketelitian ( carefulness )
F.     Materi Pokok
·         Gubernur yakni sebutan untuk kepala daerah yang mengepalai sebuah provinsi. Setelah gubernur kemudian perangkat daerah provinsi (sekretariat daerah provinsi, sekretariat DPRD provinsi, Dinas daerah provinsi, Lembaga teknis daerah provinsi) dan DPRD provinsi.
·         Salah satu wewenang Gubernur yaitu melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota. Tugas atau wewenang dari seluruh perangkat daerah provinsi mereka membantu kerja Gubernur dari pembangunan daerah, pelayanan administrasi dan lainya dan wewenang DPRD privinsi yaitu bertugas mengawasi jalannya pemerintahan.
G.    Model
·         Kooperatif
H.    Metode
·         Diskusi
·         Penugasan
I.       Media
·         Proyektor
J.      Sumber
·         Internet, buku


K.    Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Tahap
waktu
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
Kegiatan awal
5 menit
·         Mengkondisikan ruangan dalam keadaan kondusif
·         Bersikap baik, duduk di bangku dengan rapih dan tidak mengobrol


·         Membimbing siswa berdo’a
·         Berdo’a bersama-sama dengan siswa lainnya.
Kegiatan inti
1.      merancang rencana program pembelajaran.
30 menit
·         Menyampaikan kompetensi yang diharapkan sesuai materi yang akan disampaikan

·         Mendengarkan guru saat menyampaikan kompetensi
2.      merancang lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran.

·         Membagi siswa kedalam 3 kelompok dan diberi LKS juga latihan soal.
·         Memisahkan diri sesuai kelompoknya.

3.      Pada saat  mengobservasi, guru juga mengarahkan dan membimbing siswa-siswa dalam kelompok

·         Guru berkeliling ke tiap-tiap kelompok untuk membimbing siswa saat observasi.
·         Bertanya kepada guru jika ada hal yang belum dimengerti saat observasi.
4.      pemberian kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

·         Mempersilahkan kepada tiap kelompok untuk menampilakn hasil kerjanya.
·         Mempersentasikan hasil ker menurut kelompoknya masing-masing sesuai urutan tampil.
Kegiatan akhir
10 menit
·          Mengomentari tiap kelompok terhadap persentasi kerjanya.
·         Mendengarkan guru saat mengomentari untuk dijadikan pembelajaran jika ada kekurangan.



·         Membimbing siswa berdo’a
·         Berdo’a bersama-sama dengan siswa lainnya.

L.     Evaluasi
Prosedur Tes               : Tes Proses
Jenis Tes                      : Tertulis
Bentuk Tes                  : Pilihan Ganda dan Essay
Alat Tes                       : Soal Evaluasi
Instrumen Tes                         : Proses
No
Nama
Keaktifan
Kerjasama
Ketepatan
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
1













2













3













4













5













Jumlah












Jumlah Dalam %













Ket :
A = 80 – 100 (Baik Sekali)
B = 70-80 (Baik)
C = 60-70 (Cukup)
D = < 60 ( Kurang)

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
               Depdikbud (1997). Program Pembelajaran Terpadu DII PGSD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( Primary School, Teacher Develovment Project) IBRD Iowa 3496 – IND.
               Fogarty R. 81991). How to Integrate the Curicula. Palatine, Illinois. IRI/Sky Light Publishing, Inc.
               Karli H. dkk. (2004). Implementasi kurikulum berbasis Kompetensi, Model-model Pembelajaran. CV Bina Media Informasi, anggota , Bandung: IKAPI
               Kiswoyo B. (1994). Model Pengajaran untuk IPS, Makalah. Jakarta Depdikbud, Dirjen Dikti P3 MTK – BP3GSD.
               Ong Eng Tek (1996). Cooperativ Learning Strategy in The teaching of General Sciences at Lower secondary Level. Malaysia, SEANO RESCAM.
               Rusdi (1998). Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Mengengorganisasi Cooperative learning pada Pengajaran Matematika SD. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar Nomor 4 Tahun II 1998, Jakarta. PPGSD – Dirjen Dikiti Depdikbud.
               Kuliah PGSD (2012). Langkah-langkah Model Pembelajaran. Tersedia : http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/langkah-langkah-model-pembelajaran.html  Diakses tanggal 28 Oktober 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar