KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa. Karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan salah
satu tugas makalah yaitu Model Pembelajaran Kooperatif” dalam Model
Pembelajaran PKn SD. Makalah ini membahas tentang beberapa metode pembelajaran
dalam PKn SD yang bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif
dalam penerapan PKn SD.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Model
Pembelajaran PKn SD.. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR
ISI
ii
BAB I
4
PENDAHULUAN
4
A. Latar
Belakang
4
B. Rumusan
Masalah
5
C. Tujuan
Masalah
5
D. Manfaat
5
BAB II
6
PEMBAHASAN
6
A. Hakikat
model pembelajaran kooperatif
6
B. Karakteristik
model pembelajaran kooperatif
7
C.
Tujuan dan Manfaat model pembelajaran
kooperatif
12
D.
Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif
14
E.
Implementasi pada pembelajaran PKn SD
16
BAB
III
17
PENUTUP
17
A.
Kesimpulan
17
B.
Saran
18
C. RPP
19
DAFTAR
PUSTAKA
24
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran
yang dilaksanakan di sekolah dasar pada saat ini adalah system klasikal.
Pengajaran dilaksanakan berdasarkan perkiraan kecepatan rata-rata siswa. Dengan
demikian, akan ada siswa yang merasa bahwa pengajaran yang dilakukan oleh guru
selalu cepat, yaitu siswa yang lambat dalam belajar sebaliknya, ada pula siswa
lain yaitu siswa yang cepat dalam menerima pelajaran yang merasa bahwa
pengajaran yang dilakukan oleh guru terlalu lambat. Siswa yang lambat dalam
belajar akan bingung, sedangkan siswa yang cepat dalam belajar akan merasa
bosan. Kedua kelompok siswa tersebut, yaitu siswa yang cepat dalam belajar
matematika dan siswa yang lambat, perlu mendapat perhatian. Siswa yang cepat
dalam belajar yang memerlukan kegiatan yang lebih dari kegiatan siswa umum;
sebaliknya siswa yang lambat dalam belajar memerlukan bantuan untuk menuntaskan
hasil belajarnya.
Cooperative
learning merupakan alternative pelajaran yang dapat mengatasi permasalahan
tersebut. Dengan Coopertive learning siswa yang pandai diberi kesempatan untuk
menghabiskan waktunya dengan cara membantu siswa yang kurang pandai. Sebaiknya,
siswa yang kurang pandai akan bertambah pemahamannya karena mendapat bimbingan
dari temannya yang lebih pandai. Cooperative learning memunculkan kerja sama
antar siswa dari semua tingkatan untuk bekrjasama dalam rangka mencapai tujuan
; saling membantu untuk belajar dan mencapai tujuan, siswa bukan mengerjakan
sesuatu sebagai suatu tim, melainkan belajar sesuatu sebagai suatu tim. Oleh
karena itu, kerja kelompok tidak di lakukan seluruh anggota kelompok memahami
dengan tuntas materi pelajaran yang akan di pelajari.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
hakikat model pembelajaran kooperatif ?
2. Bagaimana
karakteristik model pembelajaran kooperatif ?
3. Apa
saja tujuan dan manfaat model pembelajaran kooperatif ?
4. Bagaimana
tahapan model pembelajaran kooperatif ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui
hakikat model pembelajaran kooperatif.
2. Mengetahui karakteristik model pembelajaran kooperatif ?
3. Mengetahui
tujuan dan manfaat model pembelajaran kooperatif.
4. Mengetahui
tahapan model pembelajaran kooperatif.
D. Manfaat
Melibatkan
siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis. Mengembangkan aktualitas berbagai potensi
diri yang telah dimiliki oleh siswa. Mengembangkan dan melatih berbagai sikap,
nilai dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di
masyarakat. Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan sebagai subyek
belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Model Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan pembelajaran kooperatif
artinya belajar bersama-sama, saling membantu satu sama lain dalam belajar dan
memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang
telah ditentukan sebelumnya (Ong Eng Tek, 1996:2).
Pembelajaran
kooperatif menyangkut teknik
pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar
bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari empat atau lima orang (Kiswoyo
B, 1994).
Pendekatan
pembelajaran kooperatif adalah suatu
strategis belajar-mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih untuk
memecahkan masalah. Dalam pendekatan
ini, siswa merupakan bagian dari suatu system kerjasama dalam mencapai hasil
yang optima dalam belajar. Belajar
kooperatif ini juga memandang bahwa
kenerhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru,
melainkan dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu yaitu teman
sebaya.Jadi, keberhasilan belajar dalam pendkatan ini bukan hanya ditentukan
oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila
dilakukan bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik
Di dalam
pembelajaran kooperatif harus ada
struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi
yang efektif di antara anggota kelompok. Di samping itu, pola hubungan kerja
seperti itu memungkinkan timbulnya presepsi yang positif tentang apa yang dapat
mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan berdasarkan kemampuan dirinya secara
individu dalam memberikan sumbangan pemikiran satu sama lain selama mereka
belajar secara bersama-sama dalam kelompok (Depdikbud, 1997).
B.
Karakteristik
Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ong Eng
Tek (1996:10). Ada lima unsur dasar yang menjadi ciri pembelajaran kooperatif,
yakni:
1. Saling
ketergantungan yang positif.
Ketergantungan
yang positif, adalah perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan
seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Setiap anggota
dalam satu kelompok akan memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda, namun
perbedaan tersebut akan menimbulkan kerja sama untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Meskipun ada beberapa anggota yang kurang mampu, beberapa anggota
lagi yang mampu akan saling membantu. Komponen ini memiliki pandangan bahwa
seorang dalam satu kelompok berkaitan dengan yang lainnya dalam satu cara,
seseorang tidak akan berhasil jika anggota kelompok yang lain juga tidak
berhasil. Komponen ini mengandung makna bahwa keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan bersama begitu juga kegagalan seseorang adalah kegagalan bersama.
2. Akuntabilitas
individu
Pembelajaran
kooperatif dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan peningkatan
kemampuan akademik bertujuan agar setiap anggota kelompok lebih berhasil dalam
belajar dibandingkan dengan belajar sendiri. Pada unsur ini seorang guru
mempunyai peranan penting dalam menyusun tugasnya dalam membentuk setiap
kelompok karena setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik untuk kelompoknya. Sehingga bagi siswa yang kelihatan tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik akan jelas diketahui. Dua tingkatan pada
pertanggungjawaban harus disusun pada pembelajaran cooperative learning
, yaitu (1) kelompok harus bertanggung jawab untuk mencapai tujuannya dan (2)
masing-masing angota harus bertanggung jawab untuk memberikan kontribusinya
terhadap pendapatnya.
3. Interaksi
Tatap Muka
Ketergantungan
yang positif dalam pembelajaran kooperatif akan memotivasi para siswa untuk
bertanggung jawab terhadap keberhasilan temannya. Kemampuan untuk saling
mempengaruhi dalam membuat alasan dan kesimpulan antar siswa dengan siswa
lainnya atau social modeling, dan dukungan sosial dari guru dapat diciptakan
melalui pembentukan struktur kelompok dalam bentuk tatap muka. Sesuai dengan
namanya yaitu cooperative learning , maka setiap siswa harus saling
bertemu muka dan berdiskusi untuk saling berinteraksi sesama anggota.
Bagaimanapun hasil pemikiran beberapa anggota, meskipun ada yang kurang mampu,
akan lebih bermanfaat dari pada hasil pemikiran perseorangan atau individu.
Unsur ini bertujuan untuk saling memberikan kesempatan untuk mengutarakan
pendapatnya yang mungkin berbeda-beda dan saling mengisi kekosongan sesama
anggota. Pada komponen ini, siswa perlu melakukan pekerjaan yang nyata
bersama-sama untuk mencapai keberhasilan bersama dengan saling membantu,
mendukung, mendorong, dan menghargai masing-masing usaha anggotanya.
4. Keterampilan
sosial
Penguasaan dalam
pembelajaran kooperatif perlu dimiliki
oleh para siswa terutama pada waktu menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Juga
dalam pembelajaran kooperatif para siswa
dituntut untuk memiliki kemampuan interaksi, seperti : mengajukan pendapat,
mendengarkan opini teman, menampilkan kepemimpinan, kompromi, negosisasi, dan
klarifikasi secara teratur untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Komponen ini mencakup kepemimpinan, pengambilan
keputusan, membangun kepercayaan, dan komunikasi bagi pelajar untuk bekerjasama
secara produktif. Keterampilan berkomunikasi sangat diperlukan pada komponen
ini karena tanpa komunikasi kerja kelompok kurang bisa berjalan dengan lancar
di sini guru memiliki peranan penting untuk mengajarkan cara-cara berkomunikasi
atau mengutarakan pendapatnya seperti bagaimana menyampaikan pendapatnya,
bagaimana menaggapi pendapat teman kelompoknya dan bagaimana menyanggah
pendapat anggota kelompoknya supaya tidak merasa tersinggung. Karena tidak
semua siswa memiliki kemampuan berkomunikasi. Cooperative learning
merupakan pembelajaran yang lebih kompleks dari pada pembelajaran kompetitif
atau individualistik karena siswa harus bekerjasama secara terus menerus dalam
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran (mempelajari mata pelajaran akademis)
dan kerja kelompok (mefungsikan secara efektif sebagai anggota kelompok).
5. Proses
kelompok
Proses kelopmpok
dalam pembelajaran kooperatif akan
terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai
tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Dalam proses kelompok, para siswa
perlu mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan efektifitas kerja
sama yang telah dilakukan. Komponen ini menyarankan untuk saling mengevaluasi
hasil kerja kelompok setelah selesai berdiskusi supaya selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih baik dan lebih efektif. Evaluasi ini bisa dilakukan setelah
beberapa kali siswa terlibat dalam proses pembelajaran dengan model cooperative
learning . Pembentukan kelompok terjadi bila angota kelompok
berdiskusi sejauh mana keberhsilan mereka dalam mencapai sasaran dan mengatur
hubungan kerja yang efektif. Setiap kelompok perlu mendiskripsikan apa tindakan
anggota yang membantu dan tidak membantu serta membuat keputusan tentang sikap
apa yang perlu ditingkatkan atau diubah. Peningkatan yang terus menerus pada
hasil pembelajaran dari bagaimana para anggota bekerja sama dan menentukan
bagaimana keefektifan kelompok bisa ditingkatkan.
Kelebihan
dan Kekurangan pembelajaran kooperatif
Menurut Fogarty (1991)
ada kelebihan pada pembelajaran
kooperatif yaitu ;
1.
Kelebihan
Model
Pembelajaran
Kooperatif
a. Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
b. Dapat
merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan
ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata
ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika
sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan
teman-temannya.
c. Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya
dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar
sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah.
Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya
tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan
soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala
yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat
membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d. Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus
berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang
baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar
mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk
kata-kata yang diucapkan.
e. Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa
lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya
asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika
ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak
terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang
dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari
peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang
turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala.
Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini
dapat kurang kuat.
2.
Kelemahan
model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok
a.
Bisa menjadi tempat mengobrol atau gossip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar
kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika
anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang
terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga
tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b.
Sering
terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat
sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu,
dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit
mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan
agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat
hal-hal sepele.
c.
Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu
konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu
salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap
anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru
dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk
pendalaman (kuliahpgsd, 2012).
C.
Tujuan
dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusdi (1998) Pengembangan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pencapaian Hasil
Belajar
Ada beberapa dugaan tantang faktor yang menyebabkan lebih
tingginya prestasi akdemik dalam metode pembelajaran kooperatif jika
dibandingkan dengan metode lainnya. Dari perspektif perkembangan metode
pembelajaran kooperatif, pengaruh pembelajaran kooperatif pada prestasi siswa
sebagian besar disebabkan oleh penggunaan tugas terstruktur.
Dalam pandangan ini kesempatan bagi siswa untuk
berdiskusi, berdebat, mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang
lain merupakan unsur penting dari pembelajaran kooperatif yang menyebabkan
meningkatnya prestasi akademik. Dalam kegiatan tersebut siswa lebih banyak
dirangsang dengan membaca, mendengar, dan berdiskusi. Informasi yang
diulang-ulang dengan bantuan teman dengan bahasa yang mudah dipahami dapat
menyebabkan siswa banyak terlibat dalam penerimaan informasi.
2. Penerimaan
Terhadap Perbedaan Individu
Metode pembelajaran Cooperative Learning memberi peluang
kepada siswa yang berbeda latar belakang dalam kondisi untuk saling bekerja,
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif dan belajar untuk menghargai satu
sama lain.
Maka, untuk dapat merealisasikan hal tersebut dalam metode Cooperative Learning dibentuk kelompok kooperatif yang heterogen, yang berfungsi untuk penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.
Maka, untuk dapat merealisasikan hal tersebut dalam metode Cooperative Learning dibentuk kelompok kooperatif yang heterogen, yang berfungsi untuk penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.
3. Pengembangan
Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah
untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat, karena sebagai
manusia kita membutuhkan orang lain dan perlu bekerja sama dengan orang lain.
Beberapa manfaat
model pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar antara lain :
a. Dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan
demokratis.
b. Dapat
mengembangkan aktualitas berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
c. Dapat
mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan
sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat
d. Siswa
tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan sebagai subyek belajar karena siswa
dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
D.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Karli
(2004) sebelum menerapkan proses pembelajaran menggunakan model cooperative
learning , seorang guru tentunya harus memahami langkah-langkah apa saja
yang harus dilaksanakan supaya proses pembelajaran tersebut bisa berlangsung
sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itulah maka adanya perencanaan sebelum
pelaksanaan. Perencanaan tersebut yang di dalamnya terdapat rumusan
langkah-langkah secara operasional dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
model cooperative learning. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Langkah
pertama, merancang rencana program pembelajaran.
Pada langkah ini
guru merencanakan apa-apa saja yang harus dikerjakan oleh seorang guru supaya
kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan.
Perencanaan tersebut berupa (1) penetapan sikap dan keterampilan sosial yang
harus dikembangkan oleh siswa, (2) pengorganisasian materi dan tugas-tugas
siswa dalam kelompok kecil, dan (3) penjelasan tentang tujuan dan sikap serta
keterampilan sosial yang harus dimiliki oleh setiap siswa.
2. Langkah
kedua, merancang lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi proses
pembelajaran.
Dalam langkah
ini guru lebih banyak berperan sebagai observer, fasilitator, pembimbing, dan
juga motivator. Pada saat siswa-siswa sedang melakukan kerja kelompok guru
memonitor serta mengobservasi kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar
observasi yang telah dirancang.
3. Langkah
ketiga
Pada saat mengobservasi, guru juga
mengarahkan dan membimbing siswa-siswa dalam kelompok baik secara individual
maupun kelompok sehingga adanya kolaborasi antara siswa dengan siswa serta
antara siswa dengan guru.
4. Langkah
keempat, pemberian kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Pada langkah
ini, guru berperan sebagai moderator dengan maksud untuk mengarahkan dan
mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap hasil kerja kelompok yang
ditampilkan. Pada saat sesi presentasi berakhir, guru mengajak siswa untuk
merefleksikan diri terhadap kelemahan-kelaemahan apa saja yang terjadi selama
proses kerja kelompok sehingga bila ada kelemahan-kelemahan bisa diperbaiki
untuk langkah berikutnya.
E. Implementasi pada Pembelajaran PKn
SD.
Adapun langkah-langkah pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif adalah pengembangan dari
langkah-langkahnya, yaitu :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
b. Guru mengkondisikan siswa kedalam
3 kelompok.
c. Guru menyajikan atau mengingatkan
kembali materi yang akan dipelajari, yaitu
materi “Pemerintahan”. Guru memberitahukan tujuan dan manfaat dari
materi yang akan dipelajari karena akan membantu siswa untuk mengingatnya.
d. Selanjutnya guru membagikan LKS dan
soal kepada masing-masing kelompok.
e. Pada
saat siswa-siswa sedang melakukan kerja kelompok guru memonitor serta
mengobservasi kegiatan belajar siswa
f. Menugaskan tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja tiap kelompok.
g. Kesimpulan/penutup.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan pembelajaran kooperatif
artinya belajar bersama-sama, saling membantu satu sama lain dalam belajar dan
memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang
telah ditentukan sebelumnya (Ong Eng Tek, 1996:2). Menurut Ong Eng Tek
(1996:10). Ada lima unsur dasar yang menjadi ciri pembelajaran kooperatif,
yakni: (1) Saling ketergantungan yang
positif. Ketergantungan yang positif, adalah perasaan diantara anggota kelompok
dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau
sebaliknya. (2) Akuntabilitas individu. Pembelajaran kooperatif dalam proses
pembelajaran yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan akademik bertujuan
agar setiap anggota kelompok lebih berhasil dalam belajar dibandingkan
dengan belajar sendiri. (3) Interaksi Tatap Muka.
Ketergantungan yang positif dalam pembelajaran kooperatif akan memotivasi para
siswa untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan temannya. (4) Keterampilan
sosial. Penguasaan dalam pembelajaran kooperatif perlu dimiliki oleh para siswa terutama pada
waktu menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Juga dalam pembelajaran
kooperatif para siswa dituntut untuk
memiliki kemampuan interaksi, seperti : mengajukan pendapat, mendengarkan opini
teman, menampilkan kepemimpinan, kompromi, negosisasi, dan klarifikasi secara
teratur untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. (5) Proses kelompok. Proses
kelopmpok dalam pembelajaran kooperatif
akan terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka
mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif.
Menurut Rusdi (1998) Pengembangan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
mencapai hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Masing-masing tujuan tersebut
yakni : (a) Pencapaian Hasil
Belajar
(b) Penerimaan Terhadap Perbedaan
Individu.
(c) Pengembangan Keterampilan
Sosial
Menurut Karli (2004) sebelum
menerapkan proses pembelajaran menggunakan model cooperative learning
, seorang guru tentunya harus memahami langkah-langkah apa saja yang harus
dilaksanakan supaya proses pembelajaran tersebut bisa berlangsung sesuai dengan
apa yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : (a) Langkah
pertama, merancang rencana program pembelajaran. (b) Langkah kedua, merancang
lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran. (c) Langkah
ketiga, Pada saat mengobservasi, guru juga mengarahkan dan membimbing siswa-siswa
dalam kelompok. (d) Langkah keempat, pemberian kesempatan kepada masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
B.
Saran
Belajar
kooperatif memandang bahwa kenerhasilan
dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan dari pihak
lain yang terlibat dalam pembelajaran itu yaitu teman sebaya. Jadi,
keberhasilan belajar dalam model pembelajaran kooperatif ini bukan hanya
ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan
baik bila dilakukan bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan
baik dan guru yang berperan baik dalam setiap tipe model pembelajaran kooperatif.
BAB IV
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
RENCANA
PELAKSANAAN PEM(RPP)
Sekolah
: Sekolah Dasar
Mata
Pelajaran : Pendidikan
Kewarganegaraan
Kelas/Semester
: 4/I
Pokok
Bahasan : Pemerintahan
Sub
Pokok Bahasan : Pemerintahan provinsi
Alokasi
Waktu : 1 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
·
Mengenal sistem pemerintahan Provinsi
B. Kompetensi Dasar
·
Mengidentifikasi lembaga-lembaga dalam
susunan pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi.
·
Mengidentifikasi tugas lembaga-lembaga
dalam susunan pemerintahan provinsi kabupaten, kota dan provinsi
C. Indikator
·
Menjelaskan lembaga-lembaga dalam
pemerintahan kabupaten, kota dan provinsi.
·
Menjelaskan tugas lembaga-lembaga dalam
susunan pemerintahan provinsi.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah
mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu :
·
Melalui metode diskusi siswa dapat
menjelaskan lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah kabupaten, kota dan
provinsi dengan tepat.
·
Melalui metode diskusi siswa dapat menjelaskan
tugas lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan provinsi dengan tepat.
E. Karakteristik siswa yang
diharapkan:
-
Disiplin ( Discipline ) - Rasa
hormat dan perhatian ( Respect )
-
Tekun ( Diligence ) - Tanggung
jawab( Responsibility )
-
Ketelitian ( carefulness )
F. Materi Pokok
·
Gubernur yakni sebutan untuk kepala
daerah yang mengepalai sebuah provinsi. Setelah gubernur kemudian perangkat
daerah provinsi (sekretariat daerah provinsi, sekretariat DPRD provinsi, Dinas
daerah provinsi, Lembaga teknis daerah provinsi) dan DPRD provinsi.
·
Salah satu wewenang Gubernur yaitu
melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota.
Tugas atau wewenang dari seluruh perangkat daerah provinsi mereka membantu
kerja Gubernur dari pembangunan daerah, pelayanan administrasi dan lainya dan
wewenang DPRD privinsi yaitu bertugas mengawasi jalannya pemerintahan.
G. Model
·
Kooperatif
H. Metode
·
Diskusi
·
Penugasan
I. Media
·
Proyektor
J. Sumber
·
Internet, buku
K. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Tahap
|
waktu
|
Kegiatan guru
|
Kegiatan siswa
|
Kegiatan awal
|
5 menit
|
·
Mengkondisikan
ruangan dalam keadaan kondusif
|
·
Bersikap baik, duduk di bangku
dengan rapih dan tidak mengobrol
|
|
|
·
Membimbing siswa berdo’a
|
·
Berdo’a bersama-sama dengan siswa lainnya.
|
Kegiatan
inti
1. merancang rencana program pembelajaran.
|
30
menit
|
·
Menyampaikan
kompetensi yang diharapkan sesuai materi yang akan disampaikan
|
·
Mendengarkan guru saat
menyampaikan kompetensi
|
2. merancang lembar observasi yang digunakan untuk
mengobservasi proses pembelajaran.
|
|
·
Membagi siswa kedalam 3 kelompok dan diberi LKS juga
latihan soal.
|
·
Memisahkan diri sesuai kelompoknya.
|
3. Pada saat mengobservasi, guru juga mengarahkan
dan membimbing siswa-siswa dalam kelompok
|
|
·
Guru berkeliling ke tiap-tiap kelompok untuk
membimbing siswa saat observasi.
|
·
Bertanya kepada guru jika ada hal
yang belum dimengerti saat observasi.
|
4.
pemberian kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
|
|
·
Mempersilahkan kepada tiap
kelompok untuk menampilakn hasil kerjanya.
|
·
Mempersentasikan hasil ker
menurut kelompoknya masing-masing sesuai urutan tampil.
|
Kegiatan
akhir
|
10
menit
|
·
Mengomentari tiap kelompok
terhadap persentasi kerjanya.
|
·
Mendengarkan
guru saat mengomentari untuk dijadikan pembelajaran jika ada kekurangan.
|
|
|
·
Membimbing siswa berdo’a
|
·
Berdo’a bersama-sama dengan siswa lainnya.
|
L.
Evaluasi
Prosedur
Tes : Tes Proses
Jenis
Tes : Tertulis
Bentuk
Tes : Pilihan Ganda dan
Essay
Alat
Tes : Soal Evaluasi
Instrumen
Tes : Proses
No
|
Nama
|
Keaktifan
|
Kerjasama
|
Ketepatan
|
|||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
A
|
B
|
C
|
D
|
A
|
B
|
C
|
D
|
||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah Dalam %
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ket :
A = 80 – 100 (Baik
Sekali)
B = 70-80 (Baik)
C = 60-70 (Cukup)
D = < 60 ( Kurang)
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud (1997). Program Pembelajaran Terpadu DII PGSD.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Bagian
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( Primary School, Teacher
Develovment Project) IBRD Iowa 3496 – IND.
Fogarty R. 81991). How to Integrate the Curicula. Palatine,
Illinois. IRI/Sky Light Publishing, Inc.
Karli H. dkk. (2004). Implementasi kurikulum berbasis Kompetensi,
Model-model Pembelajaran. CV Bina Media Informasi, anggota , Bandung: IKAPI
Kiswoyo B. (1994). Model Pengajaran untuk IPS, Makalah.
Jakarta Depdikbud, Dirjen Dikti P3 MTK – BP3GSD.
Ong Eng Tek (1996). Cooperativ Learning Strategy in The teaching
of General Sciences at Lower secondary Level. Malaysia, SEANO RESCAM.
Rusdi (1998). Peningkatan Kemampuan Guru Dalam
Mengengorganisasi Cooperative learning pada Pengajaran Matematika SD.
Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar Nomor 4 Tahun II 1998, Jakarta. PPGSD –
Dirjen Dikiti Depdikbud.
Kuliah PGSD (2012). Langkah-langkah Model Pembelajaran.
Tersedia : http://kuliahpgsd.blogspot.com/2012/01/langkah-langkah-model-pembelajaran.html Diakses tanggal 28 Oktober 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar